Profil Desa Losari
Ketahui informasi secara rinci Desa Losari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Losari di Kecamatan Rawalo, Banyumas, merupakan desa perbatasan yang dikenal sebagai basis pekerja migran. Potensi utamanya terletak pada pengembangan agrowisata, pemanfaatan remitansi untuk UMKM, dan budaya lokal seperti Festival Kencono Wungu.
-
Pusat Pekerja Migran
Desa Losari dikenal sebagai salah satu basis utama pekerja migran Indonesia (PMI) di Kabupaten Banyumas, yang menjadikan remitansi sebagai pilar penting perekonomian desa dan melahirkan program pemberdayaan seperti DESMIGRATIF.
-
Lokasi Geografis Strategis
Terletak di perbatasan paling barat Banyumas dengan Cilacap dan dilalui jalur provinsi, desa ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai lokasi rest area dan agrowisata, terutama di area sepanjang Sungai Serayu.
-
Potensi Budaya dan Pertanian
Desa ini memiliki aset budaya berupa "Festival Wisata Budaya Kencono Wungu" dan produk kearifan lokal "Jamu Gendong," serta sektor pertanian yang aktif dengan adanya kelompok tani yang mengembangkan komoditas seperti tembakau.

Terletak di ujung paling barat Kabupaten Banyumas, Desa Losari, Kecamatan Rawalo, menjadi gerbang perbatasan yang strategis dengan Kabupaten Cilacap. Dikenal sebagai salah satu kantong pekerja migran Indonesia (PMI) terbesar di wilayah ini, Losari menunjukkan dinamika sosial dan ekonomi yang unik. Desa ini secara aktif berupaya mentransformasikan potensi remitansi menjadi kekuatan pendorong pembangunan lokal yang berkelanjutan, dengan fokus pada agrowisata, pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta penguatan sumber daya manusia. Dengan topografi yang beragam, dari dataran subur hingga perbukitan yang berbatasan langsung dengan Sungai Serayu, Losari menyimpan prospek cerah sebagai desa mandiri di masa depan.
Sejarah dan Tata Pemerintahan
Asal-usul nama "Losari" diyakini berasal dari perpaduan dua kata, yakni pohon "Lo" yang banyak tumbuh di wilayah tersebut dan "Sari" yang bermakna inti atau kebaikan. Secara filosofis, nama ini melambangkan harapan agar desa ini senantiasa subur, makmur dan memberikan kebaikan bagi warganya. Meskipun catatan sejarah formal mengenai pendirian desa ini terbatas, narasi lisan yang diwariskan turun-temurun menjadi pegangan utama masyarakat dalam memahami jejak historis mereka.
Secara administratif, Desa Losari merupakan bagian dari Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Berdasarkan data kependudukan per 30 Juni 2024 yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, Desa Losari memiliki populasi sebanyak 7.904 jiwa, yang terdiri dari 3.994 laki-laki dan 3.910 perempuan.
Pemerintahan desa dijalankan oleh seorang Kepala Desa bersama jajaran perangkatnya, yang berkantor di Balai Desa Losari, Jalan Jenderal Soedirman No. 01. Saat ini, tampuk pimpinan dipegang oleh Kepala Desa Arsim, dengan Sekretaris Desa dijabat oleh Makhrom, S.IP. Struktur pemerintahan desa ini didukung oleh para kepala seksi (kasi) dan kepala dusun (kadus) yang memastikan pelayanan publik dan program pembangunan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah desa secara aktif terlibat dalam berbagai program, termasuk pengelolaan dana desa dan program-program pemberdayaan yang digagas oleh pemerintah pusat dan daerah. Salah satu fokus utama ialah mengelola tantangan dan peluang yang muncul dari banyaknya warga yang bekerja di luar negeri, sebuah fenomena yang secara signifikan membentuk wajah sosial dan ekonomi desa.
Dinamika Ekonomi Desa Migran Produktif
Perekonomian Desa Losari memiliki karakteristik yang khas, di mana remitansi dari para pekerja migran menjadi salah satu pilar utamanya. Fenomena ini menjadikan Losari sebagai salah satu lokus program "Desa Migran Produktif" (DESMIGRATIF), sebuah inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk memberdayakan para pekerja migran dan keluarganya. Program ini, bersama dengan inisiatif lain seperti Tenaga Kerja Mandiri (TKM), berfokus pada pendampingan dan fasilitasi agar dana hasil bekerja di luar negeri dapat diinvestasikan ke sektor-sektor produktif di desa.
Berbagai studi dan laporan menunjukkan bahwa pemerintah desa, bekerja sama dengan pendamping program, berupaya mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha baru di kalangan keluarga migran. Tujuannya ialah untuk menciptakan sumber pendapatan alternatif yang berkelanjutan sehingga ketergantungan pada pengiriman uang dari luar negeri dapat berkurang secara bertahap. Beberapa penelitian akademis yang dilakukan di Losari bahkan secara spesifik mengkaji strategi pemberdayaan ekonomi dan dampak sosial dari fenomena pekerja migran, termasuk isu-isu keharmonisan rumah tangga yang menjadi perhatian serius pemerintah desa dan pemuka masyarakat.
Di luar sektor ekonomi yang didorong oleh remitansi, pertanian tetap menjadi basis mata pencaharian penting bagi sebagian warga. Lahan pertanian yang ada dimanfaatkan untuk menanam berbagai komoditas. Salah satu yang tercatat pernah dikembangkan secara serius adalah tembakau. Kelompok Tani "Mekar Jaya" di Desa Losari menjadi salah satu peserta dalam program pelatihan budidaya tembakau yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas. Pelatihan ini mencakup teknik persemaian modern menggunakan tray dan media tanam khusus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Selain itu, potensi pengembangan UMKM di Kecamatan Rawalo secara umum, termasuk Losari, juga mengarah pada produk olahan seperti keripik tempe. Pernah digelar sebuah pameran bertajuk "Rawalo Pesta Rakyat" yang menyatukan UMKM dari sembilan desa di kecamatan tersebut, menunjukkan adanya semangat kolektif untuk memajukan produk lokal.
Proyeksi Pengembangan: Agrowisata dan Rest Area
Pemerintah Desa Losari tidak hanya berfokus pada penanganan isu sosial dan ekonomi yang ada, tetapi juga merancang visi jangka panjang untuk mengoptimalkan aset geografisnya. Salah satu visi yang paling menonjol ialah pengembangan desa menjadi kawasan agrowisata. Rencana ini didasarkan pada letak desa yang strategis di jalur perbatasan dan keindahan alamnya, khususnya area yang berdekatan dengan aliran Sungai Serayu.
Sebuah kajian mengenai potensi desa di Kecamatan Rawalo yang dipublikasikan secara akademis mengidentifikasi beberapa fokus pengembangan untuk Losari. Rencana agrowisata ini mencakup pembuatan rute wisata yang menyusuri tepi Sungai Serayu. Namun realisasi rencana ini masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal pembangunan akses jalan dan infrastruktur pendukung lainnya.
Selain agrowisata, potensi besar lainnya yang diidentifikasi ialah pembangunan rest area atau area peristirahatan. Lokasi Desa Losari yang berada di pinggir jalan provinsi yang ramai dan menjadi titik perlintasan antar-kabupaten dianggap sangat ideal untuk fasilitas ini. Sebuah rest area tidak hanya akan memberikan kenyamanan bagi para pelancong, tetapi juga dapat menjadi etalase bagi produk-produk UMKM unggulan desa dan menciptakan lapangan kerja baru bagi warga lokal. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi cukup signifikan, termasuk kebutuhan investasi yang besar karena kondisi lahan yang masih berupa perbukitan dan memerlukan pematangan lahan yang serius.
Kepala Desa Losari, Arsim, dalam sebuah kesempatan wawancara dengan media lokal, pernah mengutarakan harapannya agar masyarakat dapat bersatu dan mendukung visi pembangunan desa, termasuk rencana pengembangan agrowisata. Ia menekankan pentingnya menjaga kerukunan sosial sebagai modal utama untuk mewujudkan Losari menjadi desa yang mandiri secara ekonomi.
Potensi Budaya dan Kearifan Lokal
Di tengah arus modernisasi dan dinamika ekonomi global yang dibawa oleh para pekerja migran, Desa Losari tetap berupaya merawat kearifan lokal dan potensi budayanya. Salah satu aset budaya yang paling menonjol dan telah terdaftar dalam Jaringan Desa Wisata (Jadesta) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah "Desa Wisata Budaya Kencono Wungu".
Fokus utama dari desa wisata ini adalah penyelenggaraan Festival Wisata Budaya Kencono Wungu. Festival ini menjadi panggung bagi berbagai ekspresi seni dan tradisi warisan leluhur yang ditampilkan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meskipun informasi rinci mengenai jadwal dan ragam kegiatan dalam festival ini masih perlu digali lebih dalam, keberadaannya menunjukkan adanya kesadaran kolektif masyarakat untuk melestarikan identitas budayanya.
Selain festival, produk kearifan lokal lainnya yang diangkat adalah Jamu Gendong. Minuman herbal tradisional ini dipromosikan sebagai salah satu suvenir atau produk unggulan yang bisa dinikmati oleh wisatawan atau pengunjung yang datang ke Losari. Jamu Gendong tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga merepresentasikan pengetahuan pengobatan tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kehidupan religius masyarakat juga cukup kental, ditandai dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan dan majelis taklim yang aktif di desa. Salah satunya ialah Majelis Ta`lim Al-Ikhlas yang menyelenggarakan kegiatan rutin seperti semaan Al-Qur`an, menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial bagi warga.
Menyongsong Masa Depan
Desa Losari, Kecamatan Rawalo, berdiri di persimpangan jalan antara tantangan dan peluang. Sebagai desa dengan karakteristik demografi yang unik karena banyaknya pekerja migran, Losari dihadapkan pada tugas kompleks untuk mengelola dampak sosialnya seraya memaksimalkan manfaat ekonominya. Visi pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah desa—berpusat pada agrowisata, pengembangan rest area, dan penguatan UMKM—menunjukkan adanya pandangan jauh ke depan.
Dengan modal lokasi yang strategis, potensi alam yang memadai, serta kekayaan budaya yang masih terjaga seperti Festival Kencono Wungu, Desa Losari memiliki fondasi yang kuat untuk berkembang. Keberhasilan transformasi dari desa pengirim tenaga kerja menjadi desa wirausaha yang mandiri dan berdaya saing akan sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah desa, warganya, serta dukungan dari pemerintah kabupaten dan pusat. Perjalanan Losari adalah cerminan dari perjuangan banyak desa di Indonesia dalam menyeimbangkan arus globalisasi dengan penguatan potensi lokal untuk mencapai kesejahteraan bersama.